Minggu, 20 Maret 2016

HIKMAH SIBALIK RENUNGAN

Hikmah di Balik Renungan

Memasuki awal tahun ajaran baru, para siswa siswi kelas IV SDI. Bert. Rappo Jawa bersemangat dalam bekerja membersihkan kelas dan juga bersemangat mengikuti aktivitas proses pembelajaran di sekolah. Terbukti saya sebagai wali kelas melihat langsung semangat dan motivasinya dalam belajar. Entah apa sebabnya bisa seperti itu, padahal tahun ajaran yang lalu saya berdiskusi dengan guru kelas III bahwa “kelas ini merupakan kelas yang nilainya dibawah rata-rata. Selain itu juga para siswa siswi di kelasnya banyak yang nakal.” Akan tetapi berbanding terbalik di tahun ajaran baru ini, saya melihat motivasi dan semangat dalam belajar sungguh luar biasa.
Seiring berkembangnya waktu, memasuki bulan pertengahan semester sikap dan perilaku siswa dan siswi saya semakin berubah. Ketika saya mengajar masih ada di antara siswa yang masih bermain di belakang. Ada juga siswa yang saling mengejek ketika diberi soal-soal. “Ini ada apa yah.” kataku. Kemudian saya mengambil positif nya saja. Mungkin ini hanya kesalahpahaman saja. Hari demi hari, sifat dan perilaku siswa  saya semakin menjadi-jadi. Terbukti ketika saya sudah mengajar memberi soal latihan, sebagian siswa saya masih ada yang berbicara/ribut sehingga bapak kepala sekolah memanggil saya untuk memberi ketegasan kepada siswanya agar tidak ribut lagi.
Saya pun pusing harus bagaimana. Saya hanya guru honor yang belum memiliki banyak pengalaman menjadi guru ketika itu. Saya pun memberikan arahan dan ketegasan kepada siswa untuk tidak seperti itu alias tidak ribut di dalam kelas. Para siswa pun mengerti dan memakluminya. 1 minggu sudah berlalu, kejadian tersebut kembali lagi. Para siswa masih ribut, saling mengejek satu sama lain dan sebagainya.
Melihat hal tersebut saya pun mencarikan jalan/solusi yang terbaik untuk anak murid saya agar tidak ribut dan nakal lagi di dalam kelas. Saya pun mencoba dengan cara renungan di dalam kelas. Caranya dengan memberikan cerita tentang orang tuanya di masa lalu, sampai dengan orang tuanya yang telah tiada, Dan seterusnya. Akhirnya para siswa pun menangis dan meratapi dirinya jika orang tuanya benar-benar tidak ada lagi di dalam dunia ini. Para siswa sadar terhadap dirinya bahwa apa yang mereka lakukan salah. Orang tua sudah mencarikan nafkah untuk anaknya tapi mengapa ada anak yang tidak mau belajar lagi.
Para siswa pun meminta maaf kepada gurunya sambil meneteskan air mata. Dan berjanji tidak akan ribut dan nakal lagi di dalam kelas. Saya pun berkata “Selalu mentaati perintah orang tua termasuk gurumu.” Para siswapun menjawab “Iya Pak.” Setelah cara ini saya lakukan, ternyata keesokan harinya para siswa sikap dan perilakunya sudah berubah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Saya berpikir metode/cara yang saya lakukan ini belum tentu membuat anak semakin berubah. Saya pun mencoba cara lain lagi dengan memberikan sedikit siraman rohani ketika diawal memasuki pelajaran minimal 3-5 menit dan Alhamdulillah anak semaikn percaya diri dan semakin dekat dengan Tuhannnya.
Sampai detik ini saya selalu melakukannya, memberikan renungan ketika UAN, ketika siswa banyak yang nakal, dan siraman rohani dipagi hari. Ini membawa hikmah besar bagi karakter siswa. Di antaranya adalah siswa semakin termotivasi/semangat dalam belajar, disiplin ilmu, bertanggung jawab, percaya diri dan membuat sikap/perilaku siswa menjadi lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar