Hikmah
di Balik Renungan
Memasuki awal tahun ajaran baru, para siswa siswi kelas IV SDI.
Bert. Rappo Jawa bersemangat dalam bekerja membersihkan kelas dan juga
bersemangat mengikuti aktivitas proses pembelajaran di sekolah. Terbukti saya
sebagai wali kelas melihat langsung semangat dan motivasinya dalam belajar.
Entah apa sebabnya bisa seperti itu, padahal tahun ajaran yang lalu saya
berdiskusi dengan guru kelas III bahwa “kelas ini merupakan kelas yang nilainya
dibawah rata-rata. Selain itu juga para siswa siswi di kelasnya banyak yang
nakal.” Akan tetapi berbanding terbalik di tahun ajaran baru ini, saya melihat
motivasi dan semangat dalam belajar sungguh luar biasa.
Seiring berkembangnya waktu, memasuki bulan pertengahan semester
sikap dan perilaku siswa dan siswi saya semakin berubah. Ketika saya mengajar
masih ada di antara siswa yang masih bermain di belakang. Ada juga siswa yang
saling mengejek ketika diberi soal-soal. “Ini ada apa yah.” kataku. Kemudian
saya mengambil positif nya saja. Mungkin ini hanya kesalahpahaman saja. Hari
demi hari, sifat dan perilaku siswa saya
semakin menjadi-jadi. Terbukti ketika saya sudah mengajar memberi soal latihan,
sebagian siswa saya masih ada yang berbicara/ribut sehingga bapak kepala
sekolah memanggil saya untuk memberi ketegasan kepada siswanya agar tidak ribut
lagi.
Saya pun pusing harus bagaimana. Saya hanya guru honor yang belum memiliki
banyak pengalaman menjadi guru ketika itu. Saya pun memberikan arahan dan
ketegasan kepada siswa untuk tidak seperti itu alias tidak ribut di dalam
kelas. Para siswa pun mengerti dan memakluminya. 1 minggu sudah berlalu,
kejadian tersebut kembali lagi. Para siswa masih ribut, saling mengejek satu
sama lain dan sebagainya.
Melihat hal tersebut saya pun mencarikan jalan/solusi yang terbaik
untuk anak murid saya agar tidak ribut dan nakal lagi di dalam kelas. Saya pun
mencoba dengan cara renungan di dalam kelas. Caranya dengan memberikan cerita
tentang orang tuanya di masa lalu, sampai dengan orang tuanya yang telah tiada,
Dan seterusnya. Akhirnya para siswa pun menangis dan meratapi dirinya jika
orang tuanya benar-benar tidak ada lagi di dalam dunia ini. Para siswa sadar
terhadap dirinya bahwa apa yang mereka lakukan salah. Orang tua sudah
mencarikan nafkah untuk anaknya tapi mengapa ada anak yang tidak mau belajar
lagi.
Para siswa pun meminta maaf kepada gurunya sambil meneteskan air
mata. Dan berjanji tidak akan ribut dan nakal lagi di dalam kelas. Saya pun
berkata “Selalu mentaati perintah orang tua termasuk gurumu.” Para siswapun
menjawab “Iya Pak.” Setelah cara ini saya lakukan, ternyata keesokan harinya
para siswa sikap dan perilakunya sudah berubah menjadi lebih baik dan lebih
baik lagi. Saya berpikir metode/cara yang saya lakukan ini belum tentu membuat
anak semakin berubah. Saya pun mencoba cara lain lagi dengan memberikan sedikit
siraman rohani ketika diawal memasuki pelajaran minimal 3-5 menit dan Alhamdulillah
anak semaikn percaya diri dan semakin dekat dengan Tuhannnya.
Sampai detik ini saya selalu melakukannya, memberikan renungan
ketika UAN, ketika siswa banyak yang nakal, dan siraman rohani dipagi hari. Ini
membawa hikmah besar bagi karakter siswa. Di antaranya adalah siswa semakin
termotivasi/semangat dalam belajar, disiplin ilmu, bertanggung jawab, percaya
diri dan membuat sikap/perilaku siswa menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar